Rabu, 02 Maret 2022

Menguak Dapur Penerbit Mayor 


Judul            : Menguak Dapur Penerbit Mayor
Resume Ke  : 20
Gelombang  : 23
Tanggal        : 2 Maret 2022
Narasumber : Edi S. Mulyanta
 
"Satu-satunya daya hidup yang berkelanjutan disetiap organisasi, disetiap perusahaan adalah mendapatkan dan memelihara konsumen".
 
Sebagian orang yang bergerak dibidang usaha terkadang menutup rapat rahasia dapur mereka. Apalagi jika menyangkut hal-hal yang membuat usaha mereka maju atau tetap eksis disaat persaingan semakin ketat.
 
Menariknya pada kelas belajar menulis PGRI pertemuan ke-20 ini menyajikan materi yang cukup menarik, yaitu Menguak Dapur Penerbit Mayor. Peserta diajak untuk mengetahui bagaimana rahasia dapur penerbit mayor sehingga tetap mengepul ditengah persaingan yang semakin ketat dan menurunnya industri penerbitan buku di tanah air pada masa pandemi.
 
Narasumber hebat malam ini, Bapak Edi. S. Mulyanta, seorang praktisi dibidang penerbitan, juga seorang akademisi. Beliaupun telah malang melintang di dunia tulis-menulis. Karya-karyanya telah banyak memberikan warna dibidang pengetahuan khususnya bidang teknik. Beliaupun sudah bekerja di Penerbit Andi sejak tahun 2022. Pak Edi sekarang menjabat sebagai publishing consultant dan e-book development sampai sekarang.
 
Istilah penerbit mayor mengacu pada jumlah produksi buku yang dihasilkan dalam satu tahun. Penerbit dengan jumlah terbitan di atas 200 judul pertahun dianggap sebagai penerbit skala mayor. Penerbit Andi walaupun dimasa pandemi tetap menerbitkan buku di atas 200 judul, meskipun terkendala produksi yang sempat tutup karena outlet toko buku juga terdampak pandemi. Ini merupakan prestasi bagi Penerbit Andi. 
 
Bagaimana kondisi penerbitan buku? 
 
Tahun 2019 merupakan tahun yang paling berat dalam dunia penerbitan buku, karena perubahan teknologi betul-betul seperti bayang-bayang kelam yang dapat melahap dunia penerbitan buku di Indonesia bahkan di dunia. Runtuhnya dunia surat kabar, merupakan pukulan telak bagi dunia cetak, dan informasi berupa cetakan. Dunia penerbitan yang saat ini di bawah IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia), menjadi was-was dan memandang cukup berat tantangan ke depan dunia cetak dan produksi buku. Undang-undang no 3 th 2017 tentang sistem perbukuan, telah memberikan isyarat yang tegas akan hadirnya format media digital yang telah diberikan keleluasaan untuk secara bertahan menggantikan dunia cetak. Dipertegas lagi dengan keluarnya Peraturan Pemerintah no 75 yang keluar pada tahun 2019, telah memberikan petunjuk secara tegas untuk memberikan arah ke dunia digital penerbitan.
Selama pandemi menurut Pak Edi, buku format digital masih merupakan embrio yang belum menghasilkan keuntungan yang sama dengan buku fisik. Sehingga masa depan buku fisik masih sangat menarik untuk dicermati.
 

 posisi penerbit
 
Ada 4 kuadran yang digunakan oleh penerbit dalam menentukan buku tersebut layak terbit atau tidak di dasarkan pada keilmiahan dan besar market Kuadran yang menarik bagi penerbit adalah buku yang punya market besar, dan tentunya diimbangi dengan kualitas yang ideal walaupun cukup sulit mencari kuadran buku yang ideal.
 
Kendala utama untuk terbit adalah keterbatasan modal penerbit, sehingga penerbit akhirnya memberikan syarat-syarat dan saringan untuk dapat mendapatkan naskah yang mendukung industrialisasi buku tetap berjalan.
Penerbit biasanya akan melakukan scouting atau pencarian tema dan penulis, dan tentunya bekerjasama dengan team riset pemasaran untuk menentukan tema apa yang masih dapat diserap pasar. Penerbit tidak dapat mengesampingkan data pasar buku di Indonesia, sehingga data pemasaran ini sangat penting untuk memberikan arah haluan ke mana produksi buku dapat dikembangkan lebih lanjut.

Siapa yang mendanai penerbitan sebuah buku?
 
Menurut Pak Edi, penerbit mayor biasanya mempunyai dana untuk memilih terbitan buku yang menjadi sasarannya sehingga semua biaya produksi hingga pemasaran ditanggung oleh penerbit. 
Konsep dasar pembiayaan dalam penerbitan buku, adalah penerbitnya yang membiayai. Karena banyak tulisan yang tidak sesuai dengan misi dan visi penerbit akhirnya tidak dapat terbit. Karena banyaknya buku yang ditolak penerbit, akhirnya penerbit memberikan skema lain dalam penerbitannya. Misalnya dibiayai oleh penerbitnya sendiri, baik melalui skema dana pribadi, CSR perusahaan, dana penelitian daerah, dana sekolah, dll.

Strategi yang digunakan dan mujarab adalah menulis bersamaan dengan pembiayaan gotong royong antarpenulis. Banyak kelebihan dan kekurangannya jika menulis keroyokan, terutama angka kredit kecil karena dibagi beberapa penulis. Saat ini banyak penerbit yang menawarkan layanan seperti ini.

Penulis hanya berkonsentrasi beberapa hal di bawah ini.
👉 Materi yang otentik dan unik
👉 Pembahasaan
👉 Penyajian 
Penerbit akan membantu dalam hal pembahasaan dan penyajian.
 
 
 
Pada akhir materi narasumber menyimpulkan bahwa penerbit adalah lembaga yang mencari profit dan mempunyai idealisme dalam menerbitkan buku yang tentunya sesuai dengan visi misi mereka. Penulis dapat mengikuti idealisme penerbit dalam menghasilkan buku yang akan dinikmati pembaca. Pak Edi mengajak para peserta kelas BM PGRI untuk mengirimkan naskahnya. Agar ide para peserta dapat ditangkap penerbit dan disebarluaskan sehingga sampai ke hati pembaca. 
 
"Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil, tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna". (Albert Einstein)



 



 
 

8 komentar:

Mengelola Taman Bacaan Judul              : Mengelola Taman Bacaan Resume Ke    : 30   Gelombang    : 23 Tanggal          : 25 Maret 2022 Na...